Rekan-Rekan yth.,
Ada pertanyaan yang dari dulu mengganjal di benak saya; bgmana opini para ahli nuklir mengenai proyek
PLTN, mengingat yang ramai dibahas oleh media massa (KOMPAS dsb) adalah pendapat Pak L. Wilardjo (yang menolak PLTN):
http://wiryanto.wordpress.com/2008/03/14/pltn-sbg-batu-loncatan-ke-senjata-atom/
http://www.kompas.com/kompascetak/read.php?cnt=.xml.2008.03.14.0036588&channel=2\
&mn=158&idx=158
Saya hanya berpikir, kapan bangsa ini maju, jika justru para
cendikiawannya yang menghalangi kemajuan; apa lagi yang menolak PLTN
adalah fisikawan (!)
Miris memang, sementara bangsa lain seperti Jepang sudah melakukan
riset yang sangat maju mengenai nuklir, bangsa kita mengenai
pentingnya nuklir saja masih berdebat.
(Setahu saya bahkan Toshiba memiliki Departemen sendiri yang mengurusi
mengenai bisnis nuklir ( http://www.toshiba.co.jp/nuclearenergy/english/))
Lantas, bagaimana mungkin kita akan melakukan riset-riset lain yang
lebih advance, seperti nanoteknologi dsb (?)
(Kapankah kita dapat memiliki riset yang dimiliki Toshiba
(http://www.toshiba.co.jp/tech/review/index.htm))
Salam kenal
PLTN, adalah energi alternatif yang saat ini semakin murah dengan resiko tinggi.
sudah sejak tahun 60an kita mempunyai reaktor kecil. Karena kita tidak pernah mandiri maka kita tidak pernah kemana2. Coba bayangkan tahun 60 an kita sudah punya reaktor kecil. Korea waktu itu belum apa2. Sekarang Korea sudah kemana mana tapi kita entah dimana. Saya pikir kita harus-harus mandiri dengan teknologi yang kita kuasai atau kita contoh. Yah anda pasti melihatkan kita pasti bisa, tapi juga tidak mampu. Tapi kalaupun PLTN itu ada, sanggupkah kita memeliharanya?. Inikan kelemahan kita bisa membangun tidak bisa memeliharanya.
Ok Selamat berjuang, contek habis bawa pulang.
Maju terus,
hadapi segala rintangan
kita butuh revolusi
seperti yang Anda ungkapkan.
Salam
Gus Dur, Karlina Leksono, Liek Wilardjo dkk yang menolak PLTN, harus diberi ongkos untuk kunjungan resmi ke Toshiba dan Tokodai. Jangan lupa, sebelum berangkat, kudu diberi kuliah dulu oleh Pak Zaki Suud (ITB).
Jgn salahkan mereka juga krn menolak, mereka takut kalau2 terjadi korupsi dlm maintenace reaktor tersebut kan modarrr kita semua kena radiasi wehehehe….
btw, mungkin yg nolak itu perlu disuntik virus Szhizoprenia spy level khayalannya bisa lebih ditingkatkan… 😆
Rekan2x yth.,
Berikut forward posting saya di milis fisika; khawatir tak diapprove
moderator disana. 😀
———————-
Perlu diketahui, booming fisika di Amerika Serikat itu awalnya dari
riset tentang nuklir, via Manhattan Project. Bahkan awalnya mereka
membuat bom.
Di zaman sekarang ini riset tentang nuklir tak melulu berhubungan
dengan bom; perkembangannya sudah pesat sekali.
Saya mau tunjukan salah satu riset nuklir yang tak berhubungan dengan
bom, sebagaimana yang dilakukan oleh Prof. David Cory di MIT. Bersama
Prof. Itoh di Keio, beliau termasuk yang mengembangkan komputer
kuantum dengan menggunakan nuklir.
Jadi saya ingin tunjukan, bahwa riset mengenai nuklir itu menjadi
jalan bagi nanoteknologi.
Lha, sekarang ini ngomong nuklir aja udah dikait-kaitkan dengan
teroris, lantas gimana mau riset nuklir?!
Kalo di Eropa pada gak riset nuklir … ya jangan heranlah. Udah
rahasia umum kok riset yang high-tech itu kini Jepang dan Amerika
Serikat jadi leadernya.
Salam,
Agung
— In fisika_indonesia@yahoogroups.com, Timmy Siahaan
wrote:
>
> Maaf comment dikit:sy kira masalah ampas nuklir sudah diteliti dari
dulu shg mestinya dah ada kemajuan dlm menangani hal tsb.Maka dr
itu,bnyk bidang yg trkait nuklir yg bs diteliti,teoretik ataupun
eksperimental,yg trkait PLTN.
>
> kunaifi kunaifi wrote:
> > Terima kasih untuk link-link nya pak. Link pertama
(Toshiba) kurang menarik dibaca karena yang namanya orang jualan tentu
hanya cerita yang baik-baik tentang dagangannya. Link kedua (Toshiba)
saya kira tentang nanoteknologi, bukan nuclear power. Link ketiga saya
tidak paham maksudnya. Apakah ingin mengatakan bahwa di MIT ada pakar
nuklir? Tentu di dunia ada banyak pakar nuklir. Atau ingin mengatakan
bahwa staff akademik MIT yang satu ini (saking pintarnya) sehingga
mendukung nuklir? Wah, ada banyak orang pintar di dunia yang mendukung
nuklir, termasuk pak Agung kan hehhe.. Mendukung boleh-boleh saja,
menolak juga boleh. Adil kan? Yang penting, mari berpikir untuk
‘kemanusiaan’ dalam arti sesungguhnya, terlepas dari dorongan ekonomi,
teknologi, dll. Salam kenal dan selamat
> > belajar. ———— ——— ——— ——— ———
—— KUNAIFI —– Original Message —- From: Agung To: fisika_indonesia@ yahoogroups. com Sent: Monday, March
17, 2008 3:26:18 PM Subject: Re: [FISIKA] Opini PLTN di Media: Negatif
> > Pelajari:
> > http://www.toshiba. co.jp/nuclearene rgy/english/
> > http://www.toshiba. co.jp/tech/ review/index. htm
> > http://web.mit. edu/nse/people/ faculty/cory. html
> > — In fisika_indonesia@ yahoogroups. com , kunaifi kunaifi
> > wrote:
> >>
> >> Hahaha, lucu (dan lugu) juga mas Agung ini.
> >>
> >> Saya juga pengen mengusulkan supaya para pendukung PLTN diberi
> > ongkos kunjungan ke Jerman, Austria dan Swedia yang sudah pada
> > menghentikan program PLTN mereka.
> > Be a better friend, newshound, and
> > know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
> >
>
>
>
>
________________________________________________________________________________\
____
> Be a better friend, newshound, and
> know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
http://mobile.yahoo.com/;_ylt=Ahu06i62sR8HDtDypao8Wcj9tAcJ
>
Assalamualaikum wr.wb. Salam Kenal.
Ini merupakan kunjungan balasan, terima kasih sebelumnya atas kunjungan ke blog saya. Saya juga ingin bertanya masalah energi nuklir ini. Sebenarnya potensi energi listrik alternatif di Indonesia masih ada gak sih? Misalnya saja energi matahari, angin. PLTN sih oke oke saja, tapi kalau sebenarnya ada alternatif lain, mengapa tidak digunakan saja.
Btw, webnya saya link ke blog saya ya mas, banyak informasi yang berguna nih buat anak didik saya. Siapa tahu di antara mereka ada yang menyusul studi di Jepang.
Mas “John”,
Bagi saya, masalah “teknologi”, apalagi “teknologi nuklir”, hanyalah
salah satu bagian terkecil dari revolusi yang harus dilakukan bangsa ini.
Saya sepakat dengan anda, bahwa yang harus dilakukan pertama kali
adalah revolusi moral, setelah itu revolusi sains, setelah itu
revolusi teknologi, kemudian revolusi industri.
(Jika anda mengikuti milis
(http://tech.groups.yahoo.com/group/interdisiplin/) dan blog
(https://trisetyarso.wordpress.com/) yang saya buat, ide mengenai
revolusi seperti itu tersebar dimana-mana.)
Namun, khusus untuk masalah teknologi nuklir, sekali lagi, marilah
kita hargai para pakar teknologi yang berbicara teknologi; janganlah
seorang profesor tak jelas yang menghakimi bahwa teknologi nuklir itu
bahaya atau tidak.
Jika kita ingin bangsa ini membaik, marilah kita hargai pakar yang
bersangkutan untuk berkarya dan didengar pendapatnya.
Jika anda ingin tahu teknologi nuklir, maka lebih baik kita dengar Pak
Sutrisno dan Pak Zaki Suud untuk berbicara.
(Ironis memang, kedua orang tersebut nyaris tak terdengar di media
sedikit pun .. !)
Salam,
Agung
— In fisika_indonesia@yahoogroups.com, john collins wrote:
>
> Salut sama Mas Agung ini. Ngotot terus. Tapi saya rasa masih banyak
yang perlu dibenahi di bangsa kita. Yang paling dasar adalah MORAL.
Terutama moral dimana kita merasa paling pintar & paling tau.