Banyak orang yang menyerang kebijakan politik PKS.
Tapi, mari kita mencoba melihat dari kaca mata yang lain.
Salah satu berkah koalisi PD-PKS-PAN-PKB adalah anggapan PKS merupakan ancaman bagi NU dan muhammadiyah, sebagaimana disebutkan di buku “Ilusi Negara Islam”[1] menjadi basi. Tidak benar PKS-PAN-PKB saling menjatuhkan : buktinya mereka saling bergotong royong untuk mendukung SBY-Boediyono menjadi capres.
Berkah lain adalah isyu liberal/neoliberal menjadi naik ke permukaan.
Sebelumnya, liberal/neoliberal bukanlah istilah yang berupa aib. Kini, menjadi liberal/neoliberal adalah aib: coba kita perhatikan, ramai2x mulai dari Sri Mulyani, Miranda Goeltom s/d Boediyono ramai2x menyatakan anti neolib dan
liberal[2]. Ekonom2x yang biasanya menggadang2x-kan isu liberalisme, bahkan tidak hanya ekonom, agamawan juga ada yang merasa terhormat dengan title liberal, lihat saja (Jaringan Islam Liberal), kini seolah ramai2x menanggalkan kata liberal.
Yang populer sekarang ini adalah istilah RAKYAT: semua berlomba2x mengklaim paling me-RAKYAT, paling ber-ekonomi ke-RAKYAT-an dsb.
Selain itu, isu yang naik ke permukaan adalah RELIGIUS. Semua capres ramai2x menonjolkan religiusitasnya. JK-Win menjual jilbab, SBY-Boediyono menjual kefasihan bahasa arab, dan Prabowo menjual peci.
Kembali mengenai kebijakan PKS yang kontroversial, ternyata dibalik ini semua ada berkahnya.
Insya Allah musyarokah tersebut tetap berkah, karena didasarkan syuro, bukan
nafsu pribadi.
Referensi:
[1]. http://www.bhinnekatunggalika.org/downloads/ilusi-negara-islam.pdf
[2]. http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2009/05/29/brk,20090529-178817,uk.html