Dalam memandang kasus Ibu Ruyati, terdapat dua kemungkinan:
1. Ibu Ruyati adalah seorang TKW bodoh & tolol, tidak mampu berbahasa Arab, berbahasa Inggris juga tidak bisa, tidak memiliki kemampuan mengoperasikan mesin otomatis, sehingga layak mendapatkan penyiksaan dari Sang Majikan yang hidup di tanah Arab dimana Rasulullah SAW dilahirkan. Hukum pancung yang diterapkan pun sudah sesuai dengan syariat Islam, yaitu qishash atas yang bersangkutan karena telah membunuh Sang Majikan dengan kejam.
2. Sebaliknya dari asumsi pertama, berdasarkan sumber berikut:
http://id.berita.yahoo.com/ruyati-bisa-beli-mobil-dan-sekolahkan-anak-134922960.html
Ibu Ruyati adalah seorang TKW yang sangat berpengalaman. Beliau memiliki pengalaman sepuluh tahun sebagai TKW, 5 tahun di Madinah, 1.8 tahun di Mekkah, dan 4.5 tahun di Ab`ha. Oleh karenanya, selain sebagai muslimah yang baik, beliau fasih berbahasa Arab dan juga bahasa Inggris dan memiliki kemampuan yang mumpuni mengoperasikan mesin otomatis dst. Yang bersangkutan juga tahu adab dan etika bangsa Arab dengan baik. Konsekuensinya, kebalikan dari kemungkinan pertama, Ibu Ruyati adalah korban dari kasus ini: beliau membunuh majikan untuk membela diri ketika hak-haknya sebagai pekerja dirampas. Dikabarkan, selain tidak digaji, Ibu Ruyati kerap mendapat siksaan secara fisik.
http://jabar.tribunnews.com/read/artikel/54772/Anak-Ruyati-Ibu-Saya-Sering-Disiksa
Ada kemungkinan Ibu Ruyati difitnah oleh pihak keluarga sehingga hukum pancung dan qishash, diimplementasikan secara tidak tepat kepada Ibu Ruyati.
Manakah yang benar? Wallahu`alam …
Tapi, setelah melihat latar belakang keluarga Ibu Ruyati, secara pribadi penulis cenderung kepada kemungkinan kedua. Sehingga, kini Ibu Ruyati tidak saja kehilangan hak-hak sebagai pekerja dan orang normal semasa hidupnya, tetapi kini setelah wafat, Ibu Ruyati juga dirampas hak-haknya ketika masyarakat termakan oleh fitnah pihak keluarga majikan yang mengatakan Ibu Ruyati membunuh dengan kejam.
Jika benar kemungkinan kedua yang terjadi, betapa memalukannya kita sebagai bangsa. Masyarakat disibukkan pro-kontra oleh manusia-manusia tak jelas seperti Nazaruddin, Nunun, Baasyir dst., sedangkan Ibu Ruyati ketika itu harus kalah berhadapan dengan fitnah pihak keluarga majikan dan sistem Saudi yang zhalim.
Dapat dibayangkan, bagaimana saat-saat terakhir kesendirian Ibu Ruyati yang tidak dipedulikan oleh bangsanya sendiri, ketika akan dipancung oleh algojo …