Rekan-Rekan yth.,
Kalau berita dibawah ini benar, entah berapa pemimpin negara yang
digulingkan oleh pemerintah AS …
(Shah Iran, Saddam Hussein, Soekarno dan Soeharto)
http://www.antara.co.id/arc/2008/3/27/steve-hanke-mengenang-jatuhnya-rupiah-dan-\
\
soeharto/
Salam,
Agung
https://trisetyarso.wordpress.com/
Hanke Mengenang Jatuhnya Rupiah dan Soeharto
Oleh Akhmad Kusaeni
Jakarta (ANTARA News) – Prof Steve H Hanke, penasehat ekonomi Soeharto
pada masa-masa akhir pemerintahannya pada 1998, akhirnya bisa kembali
ke Indonesia, setelah 10 tahun meninggalkan Jakarta.
Kepada berbagai kalangan di Jakarta, Kamis, ahli ekonomi dari John
Hopkins University, Amerika Serikat, itu menjelaskan bagaimana rupiah
ambruk yang diakhiri dengan jatuhnya Soeharto.
“Sama yang dilakukan terhadap Shah Iran, Amerika Serikat telah
mengeliminasi Soeharto,” katanya seperti ia tulis dalam majalah Forbes
15 Januari 1998.
Steve Hanke datang ke Jakarta untuk bicara pada Globe Asia Exclusive
Insights yang dihadiri kalangan bisnis dan tokoh penting lainnya.
Penerbit Globe Asia Tanri Abeng memperkenalkan peneliti dari Cato
Institute itu sebagai penasehat ekonomi Soeharto pada masa krisis
ekonomi melanda Indonesia.
Tanri juga memperkenalkan panelis lain, seperti pengusaha Noke
Kiroyan, bankir Anton H Gunawan dan Peter Gontha. Nama terakhir adalah
yang disebut-sebut media kala itu sebagai orang yang mempertemukan
Hanke dengan Soeharto.
Pers waktu itu melaporkan bahwa Hanke sedang berada di Istambul ketika
ia menerima “telepon rahasia” dari Jakarta. Ekonom kondang itu diminta
segera terbang ke Jakarta untuk bertemu Presiden Soeharto.
Menumpang pesawat khusus, Hanke tiba di Jakarta dan segera mengadakan
pertemuan dengan Presiden Soeharto di Jalan Cendana Jakarta.
Pertemuan itu disebut-sebut diatur Siti Hardijanti Rukmana dan Peter
Gontha yang dikenal sebagai mitra bisnis Bambang Trihatmodjo, bos grup
Bimantara yang juga anak Soeharto.
Seminggu kemudian, masih menurut pemberitaan media waktu itu, saat
menerima 100 ulama di Bina Graha dalam acara Halal bi halal, Presiden
mengutarakan maksudnya untuk “mematok rupiah pada tingkat tertentu
dengan valuta asing”.
Presiden juga menegaskan bahwa pemerintah telah menemukan cara untuk
“mematikan para spekulan”. Tampak jelas, Hanke dan konsep yang
kemudian dikenal dengan currency board system (CBS) mengilhami Kepala
Negara dalam usaha mematok kurs rupiah yang sudah jatuh sampai 75
persen sejak Juli 1997.
Tidak benar
Namun, Peter Gontha membantah telah menjadi pihak yang mengundang
Hanke ke Cendana.
“Saya baru pertama kali ketemu Prof. Hanke hari ini, di forum ini,”
kata Gontha yang duduk di sebelah Hanke.
Hanke telah membantah laporan harian Wall Street Journal edisi 10
Februari 2008 yang melaporkan bahwa Gontha memanggilnya ke Jakarta
untuk menyiapkan kertas kerja ke Soeharto yang merekomendasikan
pemerintah supaya nilai tukar rupiah dipatok pada 5.500 per dolar.
“Ini berita tidak benar. Saya tidak bertemu, atau kenal, dengan orang
yang namanya Peter Gontha,” katanya seperti juga yang ditulis dalam
kolomnya di Globe Asia edisi 27 Januari 2007.
Hanke membenarkan bahwa dirinya memang bertemu Soeharto di Cendana.
“Dengan wafatnya Soeharto, saya mengenang pertemuan rutin kami di
malam hari di kediamannya (jalan Cendana). Saya kagum dengan fakta
bahwa di tengah badai, Soeharto selalu tenang dan kalem. Itulah satu
sisi Soeharto yang saya tahu,” katanya.
Dalam analisisnya mengenai “kejatuhan rupiah dan Soeharto”, Hanke
menguraikan krisis ekonomi yang melanda Asia dimulai dengan goncangnya
mata uang Thailand.
Saat bath ambruk, rupiah terkena dampak gelombang tsunami ekonomi itu.
Bahkan kondisi berkembang lebih parah. Dalam waktu singkat rupiah
merosot dari 2.700 per dolar menjadi 16.000 rupiah per dolar pada 1998.
Akhir Januari 1998, Presiden Soeharto menyadari bahwa ramuan IMF untuk
memulihkan ekonomi nasional tidak mustajab. Soeharto lalu meminta
pendapat kedua (second opinion).
“Bulan Februari, saya diundang untuk menyampaikan `second opinion` itu
dan mulai menjadi penasehat ekonominya,” kata Hanke.
Setelah beberapa kali bertemu di kediaman Soeharto di Cendana, Hanke
mengusulkan sebuah kebijakan untuk mematok rupiah pada harga tertentu
terhadap dolar AS.
Pada saat berita pemerintah akan mematok harga nilai tukar rupiah
didengar publik, mata uang Indonesia itu menguat 28 persen terhadap
dolar AS.
“Perkembangan ini membuat marah pemerintah AS dan IMF,” kata Hanke.
Soeharto ditekan
Menurut Hanke, serangan keji terhadap gagasan Currency Board System
(CBS) dan dirinya sebagai penasehat ekonomi presiden dilancarkan.
Suharto ditekan oleh Presiden AS Bill Clinton dan Direktur Pelaksana
IMF Michel Camdessus supaya tidak melaksanakan CBS dengan ancaman
menunda bantuan 43 miliar dolar.
Seiring dengan berjalannya waktu, Hanke kemudian mendapat jawaban
mengapa idenya tentang CBS dibantai habis-habisan, padahal di negara
lain bisa jalan dengan baik.
Merton Miller, seorang penerima Hadiah Nobel untuk Ilmu Ekonomi,
mengatakan bahwa penolakan pemerintah Clinton terhadap CBS “bukan
karena itu tidak akan jalan tapi justeru kalau itu jalan maka Soeharto
akan terus berkuasa”.
Pendapat sama, lanjut Hanke, juga dikemukakan oleh mantan PM Australia
Paul Keating. Keating mengatakan “AS tampak dengan sengaja menggunakan
ambruknya ekonomi sebagai alat untuk menggusur Soeharto”.
Bahkan Michel Camdessus, seperti dikutip Hanke, tidak menolak pendapat
seperti itu.
Setelah pensiun dari IMF, Camdessus dengan bangga memproklamirkan
bahwa “Kami menciptakan kondisi bahwa Persiden Soeharto harus
meninggalkan jabatannya”.
Tidak heran jika Prof Hanke berkesimpulan bahwa “As it did with the
Shah of Iran, the U.S. has eliminated Soeharto” (sama yang dilakukan
terhadap Shah Iran, Amerika Serikat telah mengeliminasi Soeharto).(*)
COPYRIGHT © 2008
Read Full Post »