Sewaktu saya kecil, saya punya boneka-boneka Star Wars. Boneka2x itu terkadang tidak dimainkan sebagai aktor-aktor Starwars, tapi kalau bosan, dapat juga dimainkan sebagai tim sepakbola dst. Terkadang boneka2x itu berada dalam posisi jagoan, dapat juga menjadi penjahat. Terkadang juga kita menentukan boneka itu yang jadi pemenang dan pecundang.
Dalam sebuah teori, begitulah kira-kira kelompok illuminati atau invisible government memainkan para boneka-bonekanya. Siapa saja yang pernah tercatat menjadi boneka-boneka kelompok ini?
1. Saddam Hussein
2. Al-Qaidah
3. Radovan Karadzic
3. Agen-agen CIA yang tersebar di seluruh negeri. Di negeri kita, ada beberapa orang yang diduga kuat agen CIA, yaitu Adam Malik dan Kolonel Untung. Adam Malik relatif bernasib baik karena dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional dan semasa hidupnya menjadi pejabat tinggi; sedangkan Kolonel Untung ditakdirkan menjadi pecundang seperti Oswald (pembunuh Kennedy)
Contoh paling bagus adalah Saddam Hussein.
Tahun 1980-an Saddam dibutuhkan sebagai jagoan; oleh karenanya Saddam didukung segalanya untuk membantai rakyat Iran. Disuplailah uang, senjata dan bantuan moril besar-besaran demi kesuksesan operasinya. Video youtube ini menggambarkan betapa mesranya Saddam dengan pemerintah AS ketika itu:
Pada era 2000-an, AS yang dikendalikan oleh kelompok illuminati atau invisible government ini merasa sudah tak memerlukan Saddam lagi, sehingga saatnya dijadikan penjahat. Dan, justru AS menggunakan kelompok Syiah di Irak untuk menggulingkan dan membunuh Saddam.
(Video eksekusi Saddam)
Sekarang ini AS dibawah pengaruh kelompok illuminati menjadikan Islam sebagai musuh setelah komunis. Oleh karenanya, boneka-boneka AS ditujukan untuk merusak dan menghancurkan Islam. Oleh karenanya, boneka-bonekanya pun difungsikan sebagai penjahat.
Boneka yang paling banyak dimainkan sekarang ini adalah Al-Qaidah dan kaki tangannya. Perannya adalah menjadi penjahat; yaitu melakukan terorisme sebanyak mungkin demi jeleknya citra Islam di mata dunia.
Al-Qaidah, yang dulunya dibentuk oleh pemerintah AS untuk menghajar Rusia di era perang dingin, kini berpindah peran; beberapa aksinya dapat disaksikan di WTC 9/11, Bom Bali, dan yang paling akhir ada peristiwa Mumbai. Aksi-aksi Al-Qaidah selain tak bisa dibenarkan akal sehat, juga tak dapat dibenarkan secara agama. Pertanyaan paling mendasar yang menunjukkan keanehan aksi-aksi mereka adalah: “Jika mereka ingin menghancurkan Amerika dan Israel, kenapa tidak mereka lakukan saja di kedua negeri itu, sebagaimana yang dilakukan oleh HAMAS?”
Alih-alih menghancurkan Amerika dan Israel, aksi-aksi mereka justru menghancurkan negeri-negeri muslim, membunuh manusia tak berdosa … dan yang paling penting adalah mencitrakan Islam dengan terorisme (yang sesuai dengan agenda kelompok illuminati atau invisible government di AS)
Jadi, bagi saudara2x-ku kaum muslimin … hendaknya memperbanyak bekal ilmu agama, sehingga ketika ada agen-agen CIA yang memanipulasi ajaran Islam demi terorisme, hendaknya jangan tertipu.
Bagi saudara2x-ku yang non-muslim … hendaknya jangan tertipu oleh aksi2x murahan Al-Qaidah. Islam tak membenarkan terorisme. Jika ingin mengetahui Islam, datanglah ke para Ustadz, Syaikh beneran yang banyak terdapat di negeri-negeri Islam. Islam mengajarkan keteduhan dan kedamaian.
http://pestabola.tempointeraktif.com/hg/nasional/2008/12/01/brk,20081201-149036,uk.html
Tim Weiner: Adam Malik was a CIA Agent
Monday, 01 December, 2008 | 16:18 WIB
TEMPO Interactive, Jakarta:Despite the polemic caused by his book, The New York Times senior journalist, Tim Weiner, said he is still convinced that Adam Malik was an agent recruited by the CIA. “It is possible that an agent is not aware that he has been recruited,” Weiner said. Tempo journalist, Wahyu Dhyatmika, interviewed Weiner by email.
Weiner explained that in his book Legacy of Ashes- History of the CIA, there is a quote from a document dated December 2, 1965, which cited an approval by US Ambassador Marshall Green to secretly pay Adam Malik Rp 50 million to fund the Gestapu Eradication Action Committee operation. “Ambassador Green called the payment ‘the black bag operation’,” Weiner said, noting that this was a code used in the US Foreign Affairs Department for a secret CIA operation.
Weiner said the documents spoke for themselves. “It is obvious that the US considered Adam Malik as an agent to work for that operation.”
When asked if there was any written evidence from Adam Malik to confirm the request, Weiner admitted he had never seen such ocument.
However, he said there was another document that confirmed Adam Malik’s role as an agent. The document was a telegram sent in November 4, 1965, that read ‘Adam Malik and the others, which we know from CAS and other reports to have contacts with Army chiefs, may be saved to work for the period after Sukarno.” CAS was the code given by the Office of the Secretary of State’s to refer to the CIA. “All this proved that Adam Malik worked as an agent for the US, through the CIA, during the period of 1965 – 1966.”
The Indonesian government, the House of Representatives (DPR) and Adam Malik’s family have denied Tim Weiner’s accusation. “As vice president, I regret this publication,” Jusuf Kalla said, recently. “I don’t believe it. It’s impossible that Adam Malik was a CIA agent.”
Besides the documents, Weiner’s accusation was based on his interview with a CIA officer, Clyde McAvoy, in 2005. To Weiner, McAvoy claimed that he had met with Adam Malik in 1964 and recruited him as an agent. “He was an Indonesian officer with the highest position we ever recruited,” McAvoy said, as quoted by Weiner on page 330 of his book.
TOMI ARYANTO
Klik untuk mengakses memoar-soebandrio.pdf
Setuju bung!