Awal mula saya kenal quantum computing, sekitar tahun 1999-an, yaitu ketika kakak kelas saya, Sdr. David Hutasoit, memberikan fotokopian catatan kuliah John Preskill. Kemudian, saya juga tertarik mengikuti ide-ide Alexei Kitaev dan Frank Wilczek yang ketika itu masih “nothing”; karya Kitaev baru sekelas Arxiv dan Wilczek belum mendapatkan Nobel ketika itu.
Mengikuti quantum computing, kita akan terbawa dalam dunia-dunia baru ilmu komputasi; Tommaso Toffoli dan David Deutsch berhasil menterjemahkan ide brilian Feynman mengenai kemungkinan fisika quantum dapat menjawab permasalahan-permasalahan komputasi. Toffoli memperkenalkan gerbang Toffoli yang reversibel dan universal, sedangkan Deutsch mengawali representasi keadaan dalam qubit. Setelah itu Peter Shor berhasil mengimplementasikan ide keduanya untuk memecahkan permasalahan-permasalahan komputasi; seperti penjumlahan memiliki depth dan resources yang jauh lebih optimal dari komputasi klasik. Charles Bennett dkk berhasil menunjukkan eksistensi teleportasi atau telepati, yang kemungkinan besar akan membawa ide baru dalam sains.
Implementasinya pun tak kalah menarik; kandidat untuk qc begitu banyak, mulai dari all silicon, photon, anyon, nuclear dst. Sebutlah tokoh-tokohnya seperti Yamamoto (Stanford), Awschalom, Isaac Chuang dkk.
Dalam bidang teori pun, perkembangannya selalu mengejutkan; akhir-akhir ini ide measurement-based quantum computation dan surface code menjadi dominan. Ide ini membuka kemungkinan implementasi untuk perambatan informasi dalam sistem kisi.
Inti cerita, qc akan semakin ramai dan ramai … hingga akhirnya hukum Moore benar2x terwujud (pada tahun 2020?)