Feeds:
Pos
Komentar

Archive for November 2nd, 2008

Kata “sheikh” adalah kata yang mulia dan besar. Setidaknya menurut wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/Sheikh), kata “Sheikh” berarti “orang yang dituakan atau dimuliakan (karena ketinggian ilmu agamanya)”, “orang yang bijak”, “orang yang memiliki pengetahuan yang dalam mengenai Quran dan Sunnah” dan juga “seseorang yang menyelesaikan pendidikan mengenai studi islam dan dipersiapkan untuk menjadi guru.”

Oleh karenanya, beberapa orang alim dinisbatkan label “sheikh” pada diri mereka, sekalipun tentu mereka tak mengharapkannya; sebutlah, Sheikh Yusuf Al-Qaradhawi, Sheikh As-Sudais, Sheikh Shuraim, dst. Beliau-beliau ini adalah lentera ditengah umat-umat manusia; ucapan mereka adalah ilmu dan menjadi sarana bagi turunnya petunjuk.

Bicara tentang konteks di Indonesia, akhir-akhir ini kata “syaikh” banyak sekali digunakan oleh media. Sayangnya, kata “Sheikh” tidak dinisbatkan kepada orang yang berilmu; dua orang ini yang sudah identik dengan kata “syaikh”:

1. “Syaikh” Puji

Orang yang bernama Pujiono ini terkenal ke-“syaikh”-annya karena niatnya menikahi tiga orang gadis dibawah 13 tahun: yang satu 12, satu lagi 7 dan satu lagi adalah 9 tahun.

Saya tak berminat mempermasalahkan landasan fiqh-nya, karena menikahi gadis <13 tahun sifatnya debatable; yang saya permasalahkan adalah “syaikh” yang satu ini dikenal bukan karena kedalaman ilmunya, bukan karena karya-karyanya; melainkan tingkah laku yang nyentrik dan mencari perhatian banyak orang.

Lagi pula perlu dipertanyakan, selayak apakah Pak Puji ini menempel kata “Syaikh” dinamanya: apakah yang bersangkutan sudah merasa setara dengan Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi, Syaikh As-Sudais, Syaikh Shuraim dsb? Kalau iya, apakah ada karya ilmiah dibidang studi islam yang dapat membuktikannya?

2. “Syaikh” Mukhlas

Kasus kedua adalah pelaku bom bali, yaitu Mukhlas.

Seperti kita ketahui, Mukhlas bersama dengan Imam Samudra dan Amrozi, mengklaim dengan bangga berada dibalik peristiwa Bom Bali; sekalipun, Ust. Abu Bakar Baasyir dengan tegas mengatakan bahwa pelaku sesungguhnya adalah AS, Yahudi dan Australia yang berkonspirasi untuk membom bali (http://www.news.com.au/heraldsun/story/0,21985,24510319-661,00.html). Sekalipun begitu, adalah aneh sekali, bahwa arrahmah.com tetap membenarkan pengakuan Mukhlas dkk dan bahkan memberikan label “syaikh” kepada Mukhlas (http://www.arrahmah.com/index.php/english/detail/the-exclusive-interview-with-ustadzah-parida-abbas-the-wife-of-syekh-mukhla/)

Aneh, Ust. Abu Bakar Baasyir disebut Ustadz, sedangkan si Mukhlas disebut “Syaikh”?! Padahal siapakah Mukhlas sehingga layak mengusung gelar “Syaikh”?

Agaknya umat Islam yang masih waras harus bertindak dari perampasan istilah-istilah yang mulia ini.

Iklan

Read Full Post »