Saya punya rekan seorang “Habib”.
Seharusnya yang bersangkutan bergabung dengan “Habib” Rizq memegang tongkat dan berdemo kesana kemari bersama FPI. Tapi, “Habib” kawan saya yang satu ini agak berbeda, yang bersangkutan malah menjadi guru.
Ketika saya tanyakan, mengapa tidak gabung saja dengan FPI, mengingat gelar “Habib”nya itu cukup menjanjikan untuk karir yang cerah di FPI, maka yang bersangkutan terdiam sejenak; kemudian sembari menerawang jauh ke depan, beliau berkata:
“Senjata yang paling ampuh bukanlah tongkat, melainkan doa dan ilmu.
Demonstrasi yang paling dahsyat bukanlah di jalanan, melainkan di depan kelas.”
Saya kira, seharusnya para “Habib” dan anggota FPI meneladani “Habib” rekan saya yang satu ini.
Tinggalkan Balasan