Ibnu Sina Pemabuk dan Penyembah Berhala?
اسلا م عليكم و رحمة الله وبركاته
Diantara penyebab kemunduran umat Islam adalah kebencian sebagian kalangan tokoh di umat ini terhadap para pelopor di bidang filsafat dan sains, terutama terhadap Ibnu Sina. Kebencian ini menjadi legitimasi bagi pengharaman filsafat dan sains itu sendiri. Sebetulnya masalah ini sangat sepele dan kecil, yang sebetulnya tidak perlu dipermasalahkan, namun agaknya sebagian orang tetap saja dalam keadaan berburuk sangka kepada Ibnu Sina dkk., jika tidak ada yang berusaha memberitahukan yang sebenarnya.
Apa saja dalil kelompok ini?
- Ibnu Sina adalah pemabuk
Mereka berdalih bahwa Ibnu Sina mengakui sendiri kebiasaan mabuknya ini di dalam riwayat hidupnya. Padahal, siapapun yang membaca buku tersebut secara langsung, kita tidak akan menemui hal tersebut.
Akan saya kutipkan dari bukunya langsung (sirah assyaikh ar-rais):
فمهما غلبني النّوم أو شعرت عدلت الى شرب قدح من الشّراب لكيما تعود الى قوتي. ثم أرجع الى القراءة…
(سيرة الشيخ الرئيس)
Oleh William E. Gohlman, hal tersebut diterjemahkan sebagai:
“Whenever overcame me or I became conscious of weakening, I would return aside to drink a cup of wine, so that my strength would return to me. Then I would return to reading …“ (The Life of Ibnu Sina, Translated by William E. Gohlman)
Jelas sekali, terdapat kesalahpahaman (disengaja atau tidak ?) disini; perkataan “qadhin mina asysyarabi” diterjemahkan sebagai “segelas anggur”, padahal arti sebenarnya adalah “segelas minuman”. Segelas minuman ini berfungsi supaya beliau kembali kuat kembali untuk membaca dan menulis. Minuman ini analoginya dengan kehidupan modern adalah seperti minuman suplemen, seperti “KratingDaeng”, “Hemaviton” dst. Intinya, dengan minuman tersebut, beliau akan semakin kuat, yang sangat berbeda sekali fungsinya dengan khamr yang akan menjadikan peminumnya semakin mabuk dan lupa diri.
Prof. Mulyadhi Kertanegara, pendiri CIPSI (http://www.philosophia-cipsi.com), mengatakan, kalaupun minuman itu adalah anggur, anggur tersebut bukanlah termasuk khamr, yang diharamkan oleh Allah SWT.
- Ibnu Sina adalah penyembah berhala
Mereka berdalil, bahwa melalui teori emanasi, Ibnu Sina telah menjadi penyembah berhala, dengan mendefinisikan agama baru. Pendapat ini jelas sekali keluar dari kebodohan seseorang yang tidak tahu dirinya bodoh.
Perlu diketahui, Ibnu Sina adalah filusuf dan ilmuwan yang teramat sangat ulung. Ia dapat menyusun konsep filsafat berbasis kepada pemikiran Aristotalian dan Platolian sekaligus. Di awal hidupnya, Ibnu Sina membuat konsep eksistensi (wujud) berbasis kepada konsep Aristoteles, dan diakhir hidupnya beliau menyusun teori emanasi, yang menyatakan bahwa alam semesta memiliki ruh (‘aql), berbasis kepada pemikiran Plato. Bagi Ibnu Sina, di fasa pemikirannya yang berbasis Plato ini, alam semesta memiliki nyawa,sebagaimana manusia, hewan dan tumbuhan. Sebagai contoh, matahari; ia memiliki nyawa sehingga menjadi penyebab bagi hidupnya makhluk di muka bumi ini (atas izin Allah SWT, tentunya).
Sayyid Hossein Nasr menulis di bukunya “SAINS DAN PERADABAN DALAM ISLAM” di halaman 274 dan seterusnya:
“Ibn Sina bukan hanya seorang filosof peripatetic, yang menggabungkan doktrin Aristoteles dengan unsure-unsur tertentu dari NeoPlatonisme dan seorang saintis yang mengamati alam dalam kerangka filsafat abad pertengahan tentang alam; dia juga salah seorang perintis aliran metafisik iluminiasionis (isyraq) yang eksponen terbesarnya adalah Suhrawardhi. Dalam karya-karya akhirnya, istimewa Hikayat Penglihatan dan naskah-naskah cinta, kosmos-kosmos dari para filosof syllogistic menjelma jadi suatu dunia lambing-lambang, yang dijelajahi seorang gnostik menuju kebahagian akhirnya. Dalam “Logika” Bangsa Timur , yang merupakan bahagian karyanya yang lebih besar, yang kebanyakan telah hilang, Ibn Sina menolak karya-karya sendirinya yang terdahulu, yang pada umumnya berpaham Aristoteles, yang hanya cocok untuk rakyat biasa; sebagai gantinya ia menyuguhkan bagi kaum elite “filosofi timur”. Triloginya – Hayy Ibn Yaqzhan, Al-Thair dan Salman wa Absal, membahas siklus menyeluruh dari tamasya gnostik dari “dunia bayangan” ke Kehadiran Ilahi, Timur yang Terang. Dalam tulisan-tulisannya ini, bagan dari alam filosof dan saintis abad pertengahan tidak berubah; hanya kosmos menjadi terkurung dalam diri sang gnostik – suatu “gua” yang harus menjadi acuan orientasi seorang anggota pemula dan yang harus dilaluinya. Fakta dan fenomena alam menjadi transparan, jadi lambing-lambang yang punya makna spiritual bagi pelaku yang dalam tamasya kosmis ini berhubungan dengannya.
Keseluruhan karya Ibnu Sina memberikan satu contoh yang jelas tentang hirarki pengetahuan dalam masyarakat Islam. Dia adalah pengamat dan peneliti geologi dan ilmu kedokteran, seorang filosof aliran peripatetic, lebih menuruti paham neoplatonis ketimbang aristoteles; dan ia seorang penulis teks gnostik yang kelak menjadi sumber banyak komentar oleh iluminasionis setelah dia. Dari tulisannya terlihat keselarasan pengetahuan yang nyata, rasional dan intelektual, yang diungkapkan seumpama bangunan megah berdasarkan hirarki sifat dan segala hal dan yang akhirnya bertumpu pada keadaan dan tingkat majemuk dari manifestasi kosmis.”
(Sayyid Hossein Nasr, “SAINS DAN PERADABAN DALAM ISLAM”, halaman 274)
Pembaca saya sarankan untuk membaca buku Nasr tersebut untuk memahami Ibnu Sina, karena dibuku tersebut juga dibahas langsung beberapa ide-ide besar Ibnu Sina. Tentu, kutipan-kutipannya diambil langsung dari karya-karya otentik Ibnu Sina.
Dua butir di atas semoga cukup membuat jera dan paham sebagian orang yang kini masih saja sibuk mengkafir-kafirkan Ibnu Sina dan untuk beralih dari kebiasaan menghujat, menjadi kebiasaan mengkaji ilmu.
Mari kita biasakan kebiasaan Ibnu Sina, yaitu membaca dan menulis dengan sangat produktif, yang diselingi dengan shalat (dan sesekali minum suplemen agar sehat dan tidak cepat mengantuk).
وسلا م عليكم و رحمة الله وبركاته
Wass.,
Agung
hmmmmmmmmm saya tidak tahu ibnu sina pezina atau bukan tapi sebagai seorang islam yang memperjuangkan keilmuan islam yang membuat islam di akui di barat tidak dapat kita pungkiri dan sya sangat bangga dengannya
goblok tuh…
ngambil rujukan dari orang barat yang kafir
Saudara abdurrahman, anda mengkafirkan orang barat, tapi ketika anda mengirim tanggapan ini, anda menggunakan dan mempelajari karya orang barat. komputer, e-mail, software, mobile phone, dan masih banyak lagi. apakah anda sadari kalau ternyata anda adalah pendukung dan pengguna utama produk orang kafir spt yang anda sangkakan. “…yang tahu orang kafir, ya orang kafir itu sendiri…… berarti kalau anda tahu ttg kafir, berarti anda seorang kafir juga…..
Emang orang minum anggur itu pemabuk????
Memang selalu saja kelompok iri hati atas kebesaran orang lain,tak terkecuali dalam agama Islam. Hanya karena kedengkian saja orang-orang sibuk memberi cap kafir pada Ibnu Sina. Mbok ya mereka bertanya pada diri mereka sendiri “Apakah mereka berhak menilai orang lain kafir ?” Bukankah penilaian itu adalah kewenangan Allah semata?
Pemabuk atawa bukan yang pasti ibnu sina bisa menyumbangkan karyanya untuk umat manusia, adakah ajaran dari ibnu sina tetang bagaimana membuat orang teler ? ugh, Menyembah berhala, saya juga mungkin menyembah berhala, karena surga, pahala, apabedanya dengan berhala kalo semua orang yang dicari hanya pahala dan surga bukan mencari yang empunya hidup
Bahas mendalam konsep dan aktualisasi berpikirnya… soal Avicenna penyembah berhala atau pemabuk lalu kita sesat-sesatkan rasanya lucu deh. Yang jelas, karya-karyanya begitu berharga, hampir begitu banyak ilmu yang beliau kuasai….. Sangat sedikit manusia seperti ini di abad kini…
saya juga pernah denger tuh, kalo Ibn Sina sperti itu? tp, justru sy skrg lg cari referensi yg valid… ahirnya sy berasumsi klo kjayaan Islam itu bukan terletak pd kmajuan IT, but pada hidupnya amalan sunnah. tanya kenapa kjayaan Islam jatuh beberapa saat setelah kejayaan para Ibn SIna cs.?
ya… buat smuanya jgn lupa tabayyun klo dapet data
Yang membedakan manusia dari makhluk lainnya adalah akal. kalau punya akal g pernah buat mikir, apa bedanya ama kambing? Begitu juga dalam islam sangat menekankan pentingnya untuk mengoptimalkan penggunaan akal. banyak ayat Qur’an menjelaskan ..” dan tidak akan kau lihat tanda2 kebesaranKu kecuali orang2 yang berfikir”…… ” apakah ada bedanya orang yang berilmu dan yang tidak, sesungguhnya orang2 berilmulah yang mendapatkan petunjuk”…
Orang Islam yang berilmu jelas lebih mulia dibanding orang Islam yang tolol. Tapi orang yang tolol itu biasanya menutupi ketololannya dengan berdalih pada sunah. Padahal sunah yang dimaksudnya juga cuma dalam pengertiannya yang tekstual. Bukan hanya itu, mereka juga –seperti yang pernah ditunjukkan oleh Abu Salafy, dalam membantah Abu jauza–menggunakan dalil hadits seenaknya udelnya. Sebuah hadits pada suatu saat dinilai palsu dan perawinya dicacat, tapi pada saat yang lain (ketika dibutuhkan untuk memperkuat dalil mereka) hadits yang sama itu justru dikatrol menjadi shahih. Jadi cuma orang-orang yang taklid saja (yang tidak mau menggunakan akalnya) yang bisa menerima ajaran wahabi yang dangkal itu.
@ Malcreb : hendaknya bijak dalam berpendapat.
blognya informatif, udah lama saya ga mampir ke sini…
@trisetyarso, mampir ya ke http://qarrobin.wordpress.com/2009/10/18/orbit-bulan-l-2-%CF%80-r-terbentuk-selama-27-321661/
sangat tertarik dengan artikel ini..
ngomong-ngomong gimana Anda bisa mendapatkan kutipan dari buku “Life” karya Ibnu Sina yang diterjemahkan Gohlman?? saya nggak nemu itu buku, susah banget..
mohon share…makasih banyak..
🙂
Wahyu Awaludin
Depok
Minum vodka segelas, tapi bukan niat untuk mabuk, cuma biar bdan anget dan gk masuk angin, efeknya belajar sesuatu jadi lebih fokus dan semangat, , ,
haram gak ? . .
cuy…sebuah perbuatan itu gak dinilai dari niatnya doang, tapi juga perbuatan lahirnya. kalo cuma mau menghangatkan badan mah masih banyak solusi lain..