Revolusi Sains Indonesia

Ditulis dalam Uncategorized | 12 Komentar

12 Tanggapan

1. pada Oktober 21, 2007 pada 12:15 pm | Balas khim

   makanya kalau anda pergi ke arab, masyarakat jepang akan makin kekurangan dai 😀

   
   
2. pada Oktober 22, 2007 pada 1:23 am | Balas bengkelsepedamotor

   Bagus,

   Lebih baik defensif daripada ofensif…

   bertahan bukan menyerang apalagi pasang Bom…..

   
   
3. pada Oktober 22, 2007 pada 2:03 am | Balas Calvin Michel Sidjaja

   *ngakak*

   ninja? ;D

   
   
4. pada Oktober 22, 2007 pada 2:22 am | Balas saniroy

   Saya kok meliatnya sebagai gejala kreatif yang tersalurkan dengan baik :-P. Maaf dan trims, MSR

   
   
5. pada Oktober 22, 2007 pada 2:37 am | Balas aditthegrat

   Yah…
   kalo Jakarta makin parah produk gitu bakal makin laku!!!

   
   
6. pada Oktober 22, 2007 pada 5:20 am | Balas trisetyarso

   Mbak Saniroy,

   Kreatifnya agak lucu, karena kreatif untuk menciptakan kejahatan.

   Saya lihat masyarakat jepang, sperti yang diwakilkan oleh perancang baju tersebut, sangat bosan dengan keadaan yang terlalu aman. Yang lucu, mereka justru ingin menciptakan ketidakamanan; inikan kebalik dengan yang terjadi di negara manapun di Indonesia.

   Nanti deh saya tuliskan lagi beberapa keanehan masyarakat Jepang.

   Btw, saya gak benci lho dengan mereka.

   Bagi saya, mereka baik banget.

   Tapi justru saya kasihan melihat beberapa aspek dalam kehidupan mereka; terutama dalam beberapa masalah sosial.

   
   
7. pada Oktober 22, 2007 pada 5:40 am | Balas atmo4th

   Haha, gak apa-apa selama gak ganggu orang lain kan? 😀

   
   
8. pada Oktober 22, 2007 pada 5:45 am | Balas trisetyarso

   Mas Atmo, jelas dong, itu untuk mengganggu orang lain.

   Kelihatannya dia ingin mengajak orang Jepang untuk saling mengganggu.

   Beda dengan di Indonesia, yang dimana-mana saling mengganggu satu sama lain.

   Contoh, di kereta api banyak banget copetnya. Begitu juga di angkot dan di metro mini.

   Nah, ternyata kehidupan yang tidak saling mengganggu mendatangkan kejenuhan tersendiri bagi sebagian kalangan di Jepang.

   Barangkali kesannya tidak seru; makanya diciptakan baju itu.

   Btw, kalo perancang baju itu datang ke Indonesia, barangkali seneng banget kali … 😀

   
   
9. pada Oktober 22, 2007 pada 5:54 am | Balas k' tutur

   wah, WakDulShomad mesti ke situ nih…… khuruj

   
   
10. pada Oktober 22, 2007 pada 7:33 am | Balas irvan132

    aneh ya di jepang.
    semuaya ada.

    -IT-

    
    
11. pada Oktober 22, 2007 pada 7:52 am | Balas 4a4a

    alo alll boleh kenalan ga

    
    
12. pada Oktober 22, 2007 pada 10:57 am | Balas fau

    Menurut saya bukan gejala aneh dan ngga ada hubungannya dg “jumlah dai”. Pertama, designer itu adalah experimental fashion designer, tentunya pengen bikin desain yang kelihatan ngga umum/aneh. Saya ngga heran kalo dia bikin baju mirip “koban” 😀

    Kedua, belum liat tuh “pakaian” seperti dibeli dan dipakai orang2.. jadi blum bisa dikatakan ini adalah gejala umum.. satu-dua anomali tidaklah representatif.

    
    

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Ketikkan komentar di sini...

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Email (wajib) (Alamat takkan pernah dipublikasikan)

Nama (wajib)

Situs web

You are commenting using your WordPress.com account. ( Logout /  Ubah )

You are commenting using your Facebook account. ( Logout /  Ubah )

Batal

Connecting to %s

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Δ