Jika ingin menilai diri sendiri, terutama ingin menjelek-jelekan binti mengutuk, ada baiknya perlu diperjelas, dengan parameter apa kita ingin mengutuk diri sendiri.
Kini, bangsa kita seringkali doyan mengutuk diri sendiri; sekarang mari kita ambil kaca, dan mencoba melihat seburuk apa bangsa kita.
Pertama, mari kita coba lihat dari parameter ekonomi.
Konon kabarnya, salah satu parameter baik-buruknya suatu bangsa dilihat dari GDP-nya. Sekarang mari kita coba-coba main2x dengan google, “GDP #nama negara#”
Kira-kira berikut hasilnya:
1. United States — GDP: $13.13 trillion (2006 est.) (purchasing power parity)
2. China — GDP: $10.17 trillion (2006 est.) (purchasing power parity)
3. Japan — GDP: $4.218 trillion (2006 est.) (purchasing power parity)
4. India — GDP: $4.156 trillion (2006 est.) (purchasing power parity)
5. United Kingdom — GDP: $1.93 trillion (2006 est.) (purchasing power parity)
6. Germany — GDP: $2.63 trillion (2006 est.) (purchasing power parity)
…
??. Indonesia — GDP: $948.3 billion (2006 est.) (purchasing power parity)
??. Netherlands — GDP: $529.1 billion (2006 est.) (purchasing power parity)
??. Singapore — GDP: $141.2 billion (2006 est.) (purchasing power parity)
…
Kesimpulannya, agaknya negeri kita dari segi ekonomi gak buruk-buruk amat; karena dari GDP bahkan masih lebih baik dari Singapura dan Belanda. (Sekalipun tentu distribusi kemakmurannya bangsa kita masih agak kalah …)
(Rujukan lain: http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_GDP_(nominal) )
Kedua, mari kita lihat se-tidak aman apakah negeri kita?
Saya merujuk ke http://www.visionofhumanity.org/gpi/results/rankings.php
Ternyata, Indonesia menempati ranking-69, jauh di atas Amerika Serikat dan India.
Jadi, ternyata negeri kita gak buruk-buruk amat …
artikel yg bagus dan memberikan spirit baru untuk kita yg sudah lelah dan jenuh dengan demotivasi dari media dan para komentator yang cenderung membuat kita pesimis (under estimate) terhadap potensi dan kemampuan bangsa kita sendiri.
siapa lagi yang mau menghargai bangsa kita kalau nggak kita yg dilahirkan dari perut bumi Indonesia sendiri.
Ternyata ada juga info yang menunjukkan sisi positif dari Indonesia.
Rasanya selama ini yang muncul adalah sisi-sisi negatif saja.
Saya jadi sedikit dilegakan melihat artikel ini.
Ada api yang kiranya dapat mengobarkan lagi kecintaan pada Indonesia.
“Nationalism is a common project.”
(Benedict Anderson)
Okta, SJ
Seburuk Perekonomian dan kondisi rakyat nya, heheh
Sok tau neh…………
Hmm… saya termasuk orang yang pesimis, jadi entri ini gimana2 membangkitkan optimisme saya thd Indonesia. Hehe.
Cuma kalo boleh komen.. misalnya aja dari GDP.. GDP segitu banyak tuh apa sudah seimbang dengan jumlah penduduknya? Apa sudah dimanfaatkan maksimal? Yah, mungkin itu jadi PR buat kita juga 😀
Kalau Melihat kereteri tadi Negara kita tidak buruk -buruk amat, hanya saja distribusi income saja yang tidak merata, solusi nya di tetatpkan aja zakat maal yang ketat untuk di wajibkan, di ambil dari orang-orang kaya, hingga income jadi merata, dan perlu adanya optimalisasi hasil alam yang cukup untuk memakmurkan negeri ini.
Selamat untuk sukses
coba liat dari sisi lain. negara yang ber koncumsi yang terbanyak. mereka itu negara yang sudah maju. sedang kan negara kita. maju apa nya. dr dulu gini trus. ga ada k majuan. dari dulu sampe sekarang mashi aj ad korupsi. ga habis2
ealah mas…. gimana to. yah jelas lah indonesia GDP nya diatas netherlands atau singapore, wong penduduknya berlipat-lipat banyaknya. belajar dulu deh soal indikator.
Ternyata Indonesia masih lebih aman dari US.
Setidaknya sebagai tempat aman bagi koruptor bersembunyi.
Situs Koleksi Inspirasi Keluarga
Boss,
1. GDP tidak pernah memberikan penjelasan tentang “ownership”. Angka segitu itu punyaknya siapa ndak pernah ada yang tahu.
2. Dengan PPP itu tidak reversible/konvertible, itu termasuk penyesatan dg metoda PPP itu dan tidak bisa menggambarkan secara komparatif tingkat produktivitas suatu bangsa.
3. Jadi kalau mau ukur / membandingkan apple to apple ya jangan pakai GDP.
Salam sukses
Pendidikan indonesia yang jelas tidak bisa untuk memakmurkan rakyatnya, sekolah dimana-mana perguruan tinggi menjamur itu hanya cari-cari tambahan penghasilan saja untuk penylenggaranya