Posted in Uncategorized on Mei 28, 2008|
3 Comments »
Selalu saja pendapat pakar yang satu ini dekat dengan hati rakyat:
http://perspektif.net/indonesian/article.php?article_id=876
Menurut Rizal, persoalan kita sebenarnya sangat sederhana, karena produksi minyak pada pemerintahan Presiden SBY anjlok sampai 300rb barrel. Sementara kita import sampai 300rb barrel melalui mafia di Singapura, dimana para mafia tersebut mengambil untung sampai 2 dollar/barel atau Rp. 6 Milyar sehari. “kenapa Presiden nggak berani sama mafia tapi berani sama rakyat?”, ujar pendiri Econit ini.
Bukan cuma melontarkan kritik tanpa solusi, Rizal juga memberikan berbagai alternatif cara untuk mengatasi persoalan pelik ini tanpa menaikan harga BBM. Antara lain:
- Pemerintah harus mengurangi subsidi untuk bank rekapitalisasi sebesar Rp.30 Trilyun. Karena bunga bank rekap hanya dinikmati oleh orang-orang yang super kaya.
- Benahi inefisiensi di PLN dan Pertamina, karena biaya produksi Pertamina sangat mahal dan banyak mafianya.
- Kita menaikan produksi minyak dengan cara membubarkan BP Migas.
- Harus ada visi ke depan, dan tidak bisa hanya memakai visi ala mahasiswa kos-kosan. Karena bagi Rizal, pemerintah sekarang persis mahasiswa kos-kosan yaitu selalu utang, privatisasi BUMN dan menaikan BBM.
- Negosiasi utang luar negeri seperti pemerintahan Argentina.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tahun ini sebesar Rp.14-17 Trilyun dan Rp.52 Trilyun pada tahun 2009, dinilai Ketua Komite Bangkit Indonesia ini sebagai ‘suap politik’ supaya Presiden Yudhoyono bisa terpilih kembali. Jika dana BLT itu dibuat irigasi atau membangun jalan, maka akan memiliki nilai tambah sampai 3-4 kali lipat. “jadi ini lebih kental nilai politiknya”, tutur Rizal.
Read Full Post »