Selalu saja pendapat pakar yang satu ini dekat dengan hati rakyat:
http://perspektif.net/indonesian/article.php?article_id=876
Menurut Rizal, persoalan kita sebenarnya sangat sederhana, karena produksi minyak pada pemerintahan Presiden SBY anjlok sampai 300rb barrel. Sementara kita import sampai 300rb barrel melalui mafia di Singapura, dimana para mafia tersebut mengambil untung sampai 2 dollar/barel atau Rp. 6 Milyar sehari. “kenapa Presiden nggak berani sama mafia tapi berani sama rakyat?”, ujar pendiri Econit ini.
Bukan cuma melontarkan kritik tanpa solusi, Rizal juga memberikan berbagai alternatif cara untuk mengatasi persoalan pelik ini tanpa menaikan harga BBM. Antara lain:
- Pemerintah harus mengurangi subsidi untuk bank rekapitalisasi sebesar Rp.30 Trilyun. Karena bunga bank rekap hanya dinikmati oleh orang-orang yang super kaya.
- Benahi inefisiensi di PLN dan Pertamina, karena biaya produksi Pertamina sangat mahal dan banyak mafianya.
- Kita menaikan produksi minyak dengan cara membubarkan BP Migas.
- Harus ada visi ke depan, dan tidak bisa hanya memakai visi ala mahasiswa kos-kosan. Karena bagi Rizal, pemerintah sekarang persis mahasiswa kos-kosan yaitu selalu utang, privatisasi BUMN dan menaikan BBM.
- Negosiasi utang luar negeri seperti pemerintahan Argentina.
Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang tahun ini sebesar Rp.14-17 Trilyun dan Rp.52 Trilyun pada tahun 2009, dinilai Ketua Komite Bangkit Indonesia ini sebagai ‘suap politik’ supaya Presiden Yudhoyono bisa terpilih kembali. Jika dana BLT itu dibuat irigasi atau membangun jalan, maka akan memiliki nilai tambah sampai 3-4 kali lipat. “jadi ini lebih kental nilai politiknya”, tutur Rizal.
Saya rasa makin ke sini pemimpin makin kelabakan menghandle “dosa” orang2 yang dibuat terdahulu. Ini masih lebih mending daripada jualin BUMN di jaman mbak “M” untuk subsidi BBM dan bikin rakyat “terlena” dengan fatamorgana. Itu malah taste politiknya lebih kental, lebih kental dari kopi nya Mas Agung…
Pemerintah SBY-JK memang agak “miss” dalam kalkulasi waktu bikin anggaran, tadinya anggaran maksimal 90-an dollar per barrel malah meleset ke level lebih dari 120-an dollar per barrel. Memang mustinya urusan “subsidi” ini dari dulu ditiadakan apalagi kalo utang buat subsidi BBM, itu sama dengan pinjem duit buat dibakar…
Ada kawan yang bilang, dedengkotnya adalah si Purnomo Yusgiantoro:
http://www.mediaindonesia.com/index.php?ar_id=MTY0MA==
[…] Freemason Seburuk Apakah Indonesia?About MeBermimpi Itu WAJIBPemasungan Kebebasan Gaya BaruPenggemar Bung Rizal RamliPahlawan Devisa Teladan dari JepangLiberalisasi Sektor Migas: Kehancuran […]