Sebagai seorang muslim, kita tak terlalu dituntut hasil di dunia ini; kehidupan di dunia hanya sebatas “jangan dilupakan”, sedangkan hasil di akhirat adalah tujuan utamanya.
Hasil2x di dunia adalah bersifat materialistik dan terlihat oleh makhluk; sedangkan tujuan akhirat lebih bersifat non-materialistik, lebih esensial, tak terlihat oleh makhluk melainkan hanya oleh Khaliq.
Oleh karenanya, beramal untuk dilihat manusia adalah riya; yaitu sebuah syirik pada level terendah. Rasulullah SAW bersabda, bahwa riya itu ibarat melihat semut hitam di atas batu hitam di malam hari. Artinya memang sangat sulit meraba ke-riya-an yang dilakukan oleh kita.
Sehingga, hendaknya setiap amal kita haruslah diperuntukkan bagi Allah SWT semata. Ketika kita beramal, kita tak peduli dengan perkataan dan anggapan makhluk dan hanya mementingkan pandangan Khaliq semata.
Mengikuti anggapan makhluk adalah sumber petaka; karena makhluk adalah sumber salah dan dosa, sehingga mengikuti makhluk, selama tak sejalan dengan Khaliq, adalah sesat.
Oleh karenanya, seorang `abid hendaknya selalu mementingkan pandangan Khaliq di atas segala pandangan makhluq. Oleh karenanya pula, seorang `abid harus terbiasa bekerja dalam kesendirian, jauh dari popularitas.
Read Full Post »