Feeds:
Pos
Komentar

Archive for September 22nd, 2009

Satu persatu saya saksikan wajah2x ceria terpancar dari serangkaian foto2x yang diupload ke FB saudara-saudara dan rekan-rekan saya tercinta. Wajah2x ceria setelah menunaikan satu bulan penuh puasa dan ibadah di bulan Ramadhan; sungguh, puasa dan ibadah tersebut akan berdampak kepada rasa kita di hari idul fithri. Hakikat puasa dan ibadah di bulan Ramadhan adalah membersihkan; mulai dari hati sampai dengan harta kita dibersihkan, sehingga klimaksnya terjadi pada hari idul fithri.

Setelah bertahun-tahun saya saksikan wajah2x ceria tersebut berulang-ulang setiap tahun setiap hari raya, khusus tahun ini, muncul sebuah kekhawatiran dalam hati saya: “Dapatkah kita semua konsisten berwajah ceria tidak hanya ketika idul fithri, tapi juga hari-hari setelahnya?”

Saya khawatir, istiqomah dengan kebahagiaan di hari idul fithri bukanlah perkara mudah akhir-akhir ini; apalagi kini sehari-hari kita saksikan tragedi kemanusiaan bertebaran, mulai dari yang besar sampai dengan yang kecil, sebagaimana diprediksi oleh Rasulullah SAW yang merupakan tanda akhir zaman; Noordin M Top, G. W Bush adalah contoh bagus yaitu ketika mereka membawa-bawa agama dan Tuhan untuk menebarkan kerusakan di muka bumi, yang seharusnya merupakan sesuatu yang dibenci oleh Tuhan dan tidak dibenarkan oleh agama. Ironis memang, Noordin M Top dan G. W. Bush adalah pahlawan, ksatria, mujahid dalam komunitasnya masing-masing; tapi keduanya pada saat yang bersamaan juga adalah dajjal (penipu) dan penjahat kemanusiaan bagi mayoritas umat manusia.

Atau kasus bunuh dirinya (?) David Widjaja di NTU, Singapura, padahal yang bersangkutan dikenal dengan anak yang cerdas dan ceria. Begitu juga baru-baru ini dunia dikagetkan oleh pembunuhan yang dilakukan mahasiswa universitas Yale, padahal yang bersangkutan juga dikenal sebagai mahasiswa yang ramah dan ceria. Atau, beberapa tahun lalu, masyarakat Indonesia pernah digegerkan oleh pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu sarjana dari ITB, yang membunuh anak2x-nya sendiri hanya disebabkan yang bersangkutan ketakutan anak2xnya tersebut tidak akan mampu menghadapi kerasnya hidup di masa depan.

Saudaraku, kini kita hidup di zaman keras : banyak manusia khilaf dan kalap, berbuat sesuatu yang fatal, padahal mungkin perkara dan penyebabnya sepele. Kita semua terjerembab dalam dunia materialistis yang serba instan : ukuran keberhasilan diukur dari sesuatu yang bersifat materi yang diperoleh secara instan. Manusia di hari ini sulit mengukur kesuksesan dan kebahagiaan dengan sesuatu yang non-materi, apalagi yang diperoleh melalui proses yang non-instan.

Ada kekhawatiran dalam benak saya, yang semoga salah : ada salah satu dari saudara2x dan rekan2x saya, bahkan bisa jadi termasuk saya (naudzubillah min dzalika !!!), yang kini memiliki wajah ceria di hari raya, tapi di kemudian hari menjadi pelaku bunuh diri, menjadi penjahat kemanusiaan seperti Bush, atau menjadi maling seperti maling di Bank Centuri.

Itu semua sangat mungkin, jika kita gagal istiqomah dengan apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan.

Iklan

Read Full Post »