“Bersikap adil-lah, karena ia mendekatkan kepada ketakwaan”(Al-Maidah:8)
Seringkali perkataan tersebut digunakan dalam konteks poligami, yaitu bahwa bersikap adil kepada beberapa istri itu sangat sulit.
Hari ini, saya baru paham bahwa bersikap adil itu memang sangat sulit; bukan dalam konteks poligami, tapi dalam konteks bersikap adil terhadap diri sendiri.
Dalam suatu kesempatan, KH. Zainuddin MZ pernah mengingatkan, bahwa waktu yang diberikan oleh Allah SWT, hendaknya dibagi kepada tiga:
1. Waktu untuk beribadah kepada Allah SWT.
2. Waktu untuk keluarga.
3. Waktu untuk diri sendiri.
Adil dalam konteks ini yaitu dapat adil dalam membagi waktu yang ada dalam tiga bagian tersebut; Allah SWT, keluarga, dan kita sendiri punya hak atas waktu kita.
Ketika ada seorang anak adam gagal bersikap adil terhadap waktu2x-nya, maka besar kemungkinan ia akan tergelincir kepada kerugian. Semisal, ia sangat egois sehingga mendahulukan diri sendiri di atas keluarga bahkan Tuhannya, sangat mungkin keluarganya hancur dan bahkan terjerembab di jurang kesesatan.
Manusia di zaman seperti ini, sangat dituntut oleh pekerjaan. Pekerjaan menguras otak dan fikiran, hingga seringkali sangat sulit untuk bersikap adil terhadap Tuhan dan keluarga. Kalau tidak salah, di Jepang ini tingkat kelahiran sangat rendah, yang merupakan indikasi bahwa kepentingan keluarga sudah sangat dikesampingkan.
Begitu juga, tidak ada alokasi waktu yang memadai untuk berhubungan dengan Sang Khaliq, hingga banyak manusia yang frustasi dan tidak sedikit yang berujung bunuh diri. Di hari ini banyak manusia yang gagal menemukan kenikmatan beribadah; hidupnya kering ruhani. Pencapaian materi memang tinggi, tapi kosong dari makna.
Mari kita memohon kepada Allah SWT, agar kita diberikan kemampuan untuk bersikap adil terhadap diri kita.
Tinggalkan Balasan