” … Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya …” (Al-Baqarah : 45-46)
Saudara-saudara dan rekan-rekanku,
Di dalam keyakinan kita, setiap dari kita kelak akan mempertanggungjawabkan apa yang kita perbuat dihadapan Tuhan. Setiap ruh akan datang bershaf-shaf kepada Tuhan dan satu persatu mempresentasikan apa yang telah kita perbuat selama hidup.
“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar.” (An-Naba : 38)
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan.” (Az-Zumar : 68-69)
Pada hari tersebut, tangan dan kaki bahkan akan bersaksi akan amal-amal yang telah kita perbuat,
” … Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan …” (Yasin : 65)
Dapat dibayangkan, betapa lamanya kita berdiri dihadapan Allah SWT; kalau kita diberi umur 60-an tahun, maka bisa jadi selama itu pula kita berdiri dihadapan Allah SWT. Karena jika setiap amal butuh alasan, bisa jadi kita akan berdiri dihadapan Allah SWT lebih lama dari 60 tahun (jika umur di dunianya 60 tahun).
Sebagaimana presentasi di dunia yang akan gagal karena tidak dipersiapkan, begitu juga kelak akan ada presentasi di akhirat yang gagal, disebabkan yang bersangkutan tidak mempersiapkan presentasinya dengan baik.
” … Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia berkata: “Wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini), dan aku tidak mengetahui apa hisab terhadap diriku, Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfa’at kepadaku. Telah hilang kekuasaanku dariku … ” (Al : Haaqah : 25-29)
Ini berbeda dengan mereka yang telah mempersiapkan presentasi dihadapan Rabb-nya jauh-jauh hari; mereka akan mengalami hisab yang mudah.
” … Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. ” (Al-Insyiqaq : 7-9)
” … Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata: “Ambillah, bacalah kitabku (ini)”. Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat, (kepada mereka dikatakan): “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari- hari yang telah lalu”. (Al-Haaqah : 19-24)
Latihan ini dilakukan dengan cara shalat.
Shalat pada hakikatnya adalah latihan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah kita perbuat dihadapan Allah SWT; maka dari itu ciri kekhusyukan dalam shalat adalah kita dapat merasakan sedang berada di depan Tuhan, atau setidaknya sedang berada dalam pengawasan-Nya, dan meyakini bahwa pasti akan bertemu dan kembali kepada-Nya.
” … Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya …” (Al-Baqarah : 45-46)
Rasulullah SAW bersabda, “Ihsan adalah hendaknya engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika tidak melihat-Nya engkau senantiasa dilihat oleh-Nya.”
Semakin sadarnya kita akan saat-saat yang mengerikan, mendebarkan, dan menentukan ketika hari hisab, hari perhitungan, maka semakin pula kita akan sadar untuk meningkatkan kekhusyukan dalam shalat.
Oleh karenanya, mari kita bayangkan Hari Perhitungan tersebut dalam setiap shalat kita; bahwa setiap bacaan adalah presentasi, pertanggungjawaban dihadapan Rabb, Tuhan semesta alam. Kalau pun kini kita hanya butuh 5-10 menit ketika berdiri dalam shalat, itu masih tidak ada apa-apanya dibandingkan kelak kita harus berdiri selama puluhan, bahkan ratusan, ribuan tahun, tanpa istirahat di padang mahsyar nanti.
Tinggalkan Balasan