Saya harus mengakui mengatakan ini:
Pak Harto adalah Pahlawan.
(Sejenak tidak percaya menuliskan ini, jika melihat prinsip yang saya pegang 10 tahun yang lalu …)
Ketika masih mahasiswa, saya termasuk manusia yang kerjaannya mengkutuk Soeharto. Bagi saya ketika itu, Soeharto layaknya Firaun; tirani yang memelihara intelektual, pedagang dan militer demi melanggengkan kekuasaannya.
Namun, kini agaknya kita perlu memberikan apresiasi lebih kepada seorang Soeharto.
Soeharto bagaimanapun sebejadnya beliau, tetap memilih mengakhiri hidupnya di rumah sakit lokal; kalau mau, beliau dapat saja meninggal di rumah sakit paling mewah di muka bumi ini. Tapi itu tidak dilakukannya.
Hebatkah pilihannya itu?
Menurut saya hebat, bahkan “hebad”. Pilihan Soeharto itu diambil ditengah semakin pudarnya kebanggaan bangsa ini terhadap apapun yang berbau “Indonesia”, termasuk untuk urusan berobat. Bahkan untuk berobat saja, kelompok menengah atas bangsa ini lebih milih berubat ke Singapura daripada ke RSPP, sekalipun cuma untuk mengobati batuk alias bengek.
Untuk berobat saja kita sudah gak bangga, apalagi berjibaku membela bendera dan lagu kebangsaan di ajang olahraga dsb. Itu jawabannya mengapa sekarang ini Indonesia jadi pecundang selalu diberbagai ajang olahraga, mulai dari Asian Games sampai dengan SEA Games.
Inga … inga … di era Soeharto sepakbola kita cukup terhormat, lho … pernah di zaman Zulkarnaen Loebis, Herry Kiswanto dkk, bangsa ini pernah sampai ke Semifinal ASIAN GAMES !! Begitu juga SEA GAMES kita adalah langganan juara …
Jadi, Pak HARTO mengajarkan Nasionalisme yang sangat dalam …
Selain itu, Pak Harto juga taat hukum, sekalipun untuk yang satu ini, beliau, terkadang demi harus menjaga keadaan tetap stabil, harus tetap hati-hati dalam mentaati hukum agar tak terjadi kekacauan yang berlebihan.
Ketika tahun 1998, beliau rela mundur demi stabilitas.
Selanjutnya, beliau juga menyerahkan segalanya ke hukum; sehingga kita bisa saksikan anak-anaknya masuk ke persidangan … bahkan beliau sendiri juga rela menjadi tersangka …
(Terlepas dari dinamika persidangan yang masih carut-marut; tapi tetap saja beliau *TIDAK LARI* dari hukum. Pilihan beliau adalah INI NEGERIKU … aku akan tetap disini sekalipun langit ini runtuh!)
Hebat … sungguh prinsip yang perlu diapresiasi dan diteladani …
Pada pukul 17.00 hari Jumat kemarin, konon Pak Harto sudah menghembuskan napas terakhirnya, namun tetap diberikan napas buatan, untuk menjaga perasaan keluarga.
Kalau benar ini yang terjadi, maka beliau dapat dikategorikan mati syahid (saya ganti dengan husnul khatimah; mungkin lebih tepat), sebagaimana hadist Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.*
*(rujukan yang saya rekomendasikan: http://assunnah-qatar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=297&Itemid=145)
Selamat jalan, Pak Harto; terimakasih atas keteladanan yang ditinggalkan selama ini …
NB: Proses hukum terhadap kroni Pak Harto harus tetap berjalan. Tapi harus tetap berjalan dengan adil.