Assww.,
Sudah kedua kalinya ITB tidak masuk 100 besar universitas di Asia versi webometrics.
http://www.webometrics.info/top100_continent.asp?cont=asia
AADI (Ada Apa Dengan ITB?)
Wassww.,
Agung
November 1, 2007 oleh trisetyarso
Assww.,
Sudah kedua kalinya ITB tidak masuk 100 besar universitas di Asia versi webometrics.
http://www.webometrics.info/top100_continent.asp?cont=asia
AADI (Ada Apa Dengan ITB?)
Wassww.,
Agung
Ditulis dalam Uncategorized | 44 Komentar
munirardi pada Inivited Participant in PRACQS… | |
Pangloss pada Superstar itu bernama: MUHAMMA… | |
Pangloss pada Superstar itu bernama: MUHAMMA… | |
Visiting Professor d… pada Invited Participant in Isaac N… | |
Fendi haris pada Paper di ACM Digital Libr… | |
obat wasir pada Paper di ACM Digital Libr… | |
hambaallah pada Ceramah Ustadz Arifin Ilham Me… | |
hambaallah pada Ceramah Ustadz Arifin Ilham Me… | |
Ahmad Solihin pada Tertangkap kamera di IT Telkom… | |
sayutimamen pada Ceramah Ustadz Arifin Ilham Me… |
ITB kan bukan universitas mas, hehehe
Lah, TITECH, KAIST, MIT dsb … itu apaan?
Apa ITB gak mau sejajar dengan mereka?
Salam kenal dari anggota ppi yokohama! Mudah-mudahan bisa ketemu di Yokohama, biasanya kami ada pertemuan. Insya Allah nanti dikabari ya Mas
mungkin setahun lagi muncul, doakan aja 🙂
Tahun lalu juga udah muncul. Lho kok sekarang tenggelam?
Kabarnya Hatta mau bikin ITB jadi world class University
Berarti ini cambuk pak, agar ITB lebih kerja keras lagi. OK !!
kriterianya jadi 100 itu apa mas?
kalo dr segi mutu, apa yang bisa membuat satu institusi dikatakan bermutu?
cuma kayaknya kalo jaman sekarang ini, ga mungkin ada lagi cerita loper koran yang jadi mahasiswa perguruan tinggi ternama di Indonesia. Kalo dulu sih byk, temen saya aja sampe bela2in tidur di mesjid dan bersih2 mesjid biar bisa kuliah di UNPAD, untuk menghemat biaya kost.
sekarang, cuma orang kaya yg bisa kuliah pak…masuk itb aja, jalur normal bisa menghabiskan 25 juta. hiks…
rasanya mimpi deh bisa kuliah, kalo cuma punya orang tua pedagang kaki lima atau pegawai kecil.
Padahal, 17 thn lalu, pedagang2 bubur kacang dan indomie seputaran masjid salman, anak2nya masih bisa kuliah di itb…
sekarang? MIMPI KALI YEEEEE…
ada saatnya naik, ada saatnya harus turun dengan ikhlas….
Sdr. Tanpeng Liang, betul; kok semakin mahal, ITB semakin turun kualitasnya?
Aneh, `kan?
Siapa Bilang??? Untuk yang mampu, jalur yang ‘biasa’ itu adalah SPMB, biayanya 3 juta!
Bahkan kalau tidak mampu, beasiswa mudah untuk didapatkan, selama prestasi akademik tidak kacau.
Kalau masalah kualitas, saya sendiri mengalami dan mengakui ITB sedang mengalami penurunan, tapi jangan sampai ada yang mengaitkan dengan uang. Temen saya ada yang bapaknya jualan di lingkungan ITB mas…
hmm, kalo gak salah di asia tenggara pun masih ranking 13 yah, di bawah UGM.. versi webometric tuh.. moga-moga generasi ini itb bisa jadi top world university…
Mas atmo,
3 juta itu masih mahal. 3 juta itu sama dengan beberapa gerobak martabak.(Soalnya saya pernah tau bisnis martabak; hehhehe … )
Bagi saya aja masih mahal.
Jadi, ITB sekarang makin mahal, kualitas makin turun; betulkan?
Wah, UGM ternyata masuk ya? No. 6 (dari bawah…).
Walaupun ndak hebat2 amat sebetulnya (biasa2 saja)…..
Tapi berhubung saya alumnus bulaksumur ya….lumayanlah…….
Baca yang jelas dong mas.
Itu bukan ranking universitas, melainkan ranking publikasi di internet. ITB rankingnya jelek berarti ITB kurang memanfaatkan internet, baik untuk komunikasi maupun publikasi ilmiah, atau nyimpen file di internet.
Mas Oni, parameter universitas kan publikasi. Dan, Internet telah dpat dijadikan sarana bagi ukuran publikasi. Kalo sebelum ada internet, publikasi itu tercecer dimana-mana; sekarang dengan adanya internet, maka publikasi dapat terekam dengan baik. Misal, publikasi Pak Pantur Silaban beberapa puluh tahun silam, kini terekam di internet.
Nah, jadi publikasi di internet itu dapat menjadi parameter yang sangat penting.
Betul, banyak parameter lain yang harus diikutsertakan; tapi parameter publikasi di internet sangat penting.
perlu belajar SEO mas, kalau gak salah webomatric itu selain dipengaruhi sama jurnal yang diluncurkan juga dipengaruhi kepandaian berolah dengan SEO…tanya sama rekan-rekan yang jago adsense sama SEO itu biar rankingnya bisa naik and jadi numero uno…bravo pendidikan indonesia
Kan selain webometrics.com ada beberapa lembaga survei lain untuk rangking perguruan tinggi dunia. Coba cek di sini : http://alief.wordpress.com/2007/10/31/rangking-perguruan-tinggi-internasional/
Siapa tau ITB masuk 100 besar???
udah pernah dibahas di milis ITB dulu. tapi, ga tau jalan keluarnya.
-IT-
ole!
hidup ugm!
kampus dgn gerbang 2 milyar!
😈
3 juta mahal?
hm…
jadi penasaran, emangnya di UI, IPB, UGM, ITS brapaan biaya masuknya?
Irvan, 10 tahun yang lalu kami yang tue-tue juga udah pernah diskusi masalah ini; tapi dulu gak ada milis, yang ada cuma nongkrong2x secara fisik aja.
Lucunya, kok jadul alias jaman dulu seperti jaman Pak Wiranto dan Pak Liliek, keadaannya masih jauh lebih baik dari sekarang?
Ade saya juga kuliah disana. spmb sepertinya bukan satu2nya jalur masuk perguruan tinggi. dengan uang sekian puluh juta (masuk jalur khusus), ada kemungkinan bisa masuk. bagaimana nasib pelajar berprestasi lainnya? tentunya porsinya akan berkurang! Apakah ini juga berpengaruh terhadap kualitas kampus ITB itu sendiri? hmmm!
terus maunya bapak apa sekarang? hehehehe….
coba diulas dulu sama bapak dengan lugas…jangan cuma nempelin link doang…
eh…judulnya juga bombastis…menarik perhatian!
salam,
Masuk 100 besar di asia. Sudah hebat bagi ukuran universitas di Indonesia. But……10 tahun kedepan masih bisa bertahan?mengingat input yang masuk itb sekarang, ada rasa ragu berkaitan dengan “idealisme” mahasiswa itb kini, karena kini itb hanya mampu dijangkau oleh golongan mampu secara ekonomi dan intelektual. Masknya…mahal BOOOO! Semoga prestasi ini tidak menambah mahal masuk itb.
mungkin anggaran riset di itb belum memadai buat masuk jajaran riset university kali yah …
hmm, gimana mau masuk webometrics.. lha wong yang sering diupdate justru berita
gosipITB daripada berita penelitian ITB. lihat aja situs2 pusat penelitian, dan situs sekolah/fakultas. Dari hari-ke-hari tidak ada penambahan pengayaan isi yang signifikan. padahal tiap konferensi/seminar nggak susah kok nyari pemakalah yang dari ITB.Setahu saya sekarang website itb sedang dalam renovasi kok. Cuma mungkin masalahnya di fakultas-jurusan. Sistem di itb ‘kan desentralisasi dimana jurusan sangat kuat, jadi sangat tergantung kemauan jurusan.. eh tapi itu sih beberapa tahun yang lalu, nggak tahu kondisinya sekarang.
Yang jelas salah satu faktor peringkatnya adalah “penampakan di internet”. Nah kayaknya ada (sempet ada) masalah juga di akses internet ITB (susah dibuka dari luar itb).
Lho? kok saya merasa lucu sekali membaca komentar-komentar di atas? Memangnya publikasi itu merupakan satu-satunya tolak ukur suatu univ dikatakan bermutu? aneh3x…
**ngibrit….takut dibilang belain almamater**
Memang, publikasi adalah faktor yang sangat penting. Mungkin paling penting malah. Dan ini memang kelemahan kampus-kampus kita. Publikasi dosen kita banyak yang sekedar nyari cum untuk jadi guru besar. Soal isi, gak tau deh. Seberapa banyak dosen kita yang sekelas Teuku Jakob (yang nyampe level internasional dalam perdebatan kasus temuan Hobbit barusan di Flores).
Cuma sekali lagi, itu cuma ranking publikasi, sekedar publikasi internet pula. Beberapa perguruan tinggi tua seperti Cambridge dan Oxford rankingnya jauh di bawah perguruan tinggi kelas menengah di Amerika. Mungkin orang2 Inggris itu masih lebih suka jurnal on paper dari pada online. Mungkin…
Menurutkan Oxford dan Cambridge masih jauh lebih bermutu daripada banyak universitas yang ranking webometricnya di atasnya.
Buat ITB, mawas diri saja. Kebiasaan publikasi memang belum jadi kebiasaan kita. Dosen masih lebih terbebani ngajar ketimbang ngeriset, dan kendala biaya juga.
Bukannya Physical Review Letter juga udah online? Begitu juga elsevier?
Dan juga jurnal2x lainnya?
Btw, saya juga kurang setuju jika publikasi di internet menjadi satu2x-nya mengukur prestasi universitas.
Seperti di Jepang, mereka lebih suka pada karya riil seperti patent daripada jurnal; walaupun begitu mereka gak mengabaikan jurnal.
iya.. kemana nih??
yg terpenting adalah bukti.. gak cuma oleh pihak akademis.. tetapi juga oleh alumni..
sudahkah kita?
ya udah lah nunggu ikatan alumni aja bentar lagi. bisa membuat perubahan ga. ITB mau bagus atau jelek, ya alumni juga kena imbasnya.
untuk saat ini, pihak alumni sebagai front end yang bisa “bantu” ITB. btw, ITB sekarang emang beda dari ITB yang dulu. beda banget. 🙂
-IT-
ITB, ITB, ITB…
apa yang menjadi masa lalu biarkanlah tetap di masa lalu.. yang penting adalah sekarang ITB ada di mana dan mau ke mana.. supaya bisa dipikir langkah-langkah menuju ke arah yang dituju..
buah apa saja yang bisa dipetik selama perjalanan tsb., itu yang lebih penting.
sepertinya kita harus lebih banyak berusaha dan belajar bersyukur.
kalo ugm gak masuk….apalagi itb. karena ugm itu #1 by country..
http://www.webometrics.info/rank_by_country.asp?country=id
Apa itu ITB?
ITB = Institut Terbaik Bangsa (doktrin ketika masuk)
ITB = Institut Tekanan Batin (buat yg terancam DO)
Pilihan jurusan :
ITB = Institut Teknologi Buruh (bwt yg bermental budak kapitalis)
ITB = Institut Teknologi Bos (generasi baru berjiwa Technopreneur)
ITB 3X
ITeBe… ITeBe.. ITeBe!
-mode Iseng : ON-
Ya… Kita harus berusaha sebaik-baiknya dan membuktikan diri bahwa ITB, dan secara umum Indonesia kelak bisa berbuat banyak dalam bidang penelitian.
3 juta biaya masuk atau per tahun mas atmo? kalo biaya masuk “cuma” tiga juta,…pertengahan tahun 90-an aja udah segitu. Biaya masuk itu, kan biasanya terdiri dari sumbangan wajib, sukarela, POM, biaya SPP, praktikum tahun pertama, biaya ini itu dan lain sebagainya….
sekarang kaum marginal makin terpinggirkan. tidak dipungkiri, kemampuan intelektualitas biasanya sebanding dengan kemampuan untuk mencari nafkah yang layak.
Sedangkan intelektualitas itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat kemakmuran dan kemudahan dalam memperoleh pendidikan yang baik.
sekarang, ketidakmampuan secara ekonomi akan mempersulit seseorang untuk memperoleh pendidikan dan dengan sendirinya mempersulit juga mendapatkan sumber nafkah yang layak. akhirnya, orang miskin akan tetap miskin, karena akses yang mendukung untuk perbaikan hisup semakin sulit didapatkan.
ana apa jan janne? pada reang ngrasani itebe.
itebe mbok Inyong Tetep Bawor
aja diganti jeneng inyong
ooolhah
nganah pada sinau sing bener
ben ora keblinger
klilaaaan
mau tanya, kalo BSI (bina sarana Informatika) ranking keberapa ya? coz gw kuliah d BSI, bayarannya cuma 200000 per semester,hehehe
UGM : U-niversitas G-ndeso M-nyogyakarto
Lihat aja Programnya ndeso-2. Ekonomi kerakyatan Model Prof. Mubyarto. Program KKN (Kuliah Kerja Nyata-nya) Prof. Koesnadi, Sosiologi Pedesaan-nya Prof. Lukman Soetrisno, atau itu tuh Perdebatan yang sempat mewarnai dunia bahkan sampai bergetar di AS dan Eropa antara Prof. T. Jacob dengan ilmuwan Australia. Perdebatannya juga ndak jauh-2 tentang hal “ndeso” yaitu tentang manusia langka Linga Bua 1.
UGM : Universitas G-ak M-utu
Nyata, sudah jelas-2 menurut Uni Eropa, gugus kendali Mutu UGM itu terbaik di Asteng, bahkan lebih baik dari NUS. Menurut Webometrics, UGM the best of the best di Indonesia bahkan rangkingnya terpaut 1000 ranking dari UI misalkan. Menurut TIMES juga terbaik di Indonesia bahkan untuk social science top 50, untuk Humaniora dan Medicine top 100 di dunia. Ini seakan menegasikan UI bahwa kedokterannya terbaik di Indonesia, tetapi FK UI tidak mausuk dalam ranking.
Tapi tetap aja, sivitas akademika UGM tiap hari demo dan protes. Protes SPP mahal, demo kebijakan rektor yang njelehi, lebih parah lagi sivitas akademika UGM itu ndak nyadar bahwa dia tuh terbaik. Kalau ketemu universitas lain jangankan model ITB atau UI, dengan universitas swasta ecek-ecek pun, alumni UGM akan bilang “wah kualiah dimanapun sama bagusnya kok”.
UGM : Universitas Golek Morotuo
Paling-paling yang dijadiin andalan para mahasiswa UGM cuma ini satu-satu, untuk modal cari calon mertua. Ndak tahu yah, kok kalau kita mahsiswa UGM tahu-2 aja posisi tawar kita tinggi sekali dimata calon mertua.
Ndak nyadar tuh para calon mertua, kalau kita itu sebenarnya ndeso buanget =))
UGM : Universitas G-erombolan M-ahasiswa…
Karena terbiasa demo makanya akhirnya begitu lulus jadi gerombolan politisi…
Jubir Presiden alumnus UGM
Ketua Fraksi Golkar alumnus UGM
Ketua Partai PKB alumnus UGM
Ketua Dewan Syuro PKS almunus UGM
Ketua HTI alumnus UGM
Sekjend PDI-P Alumnus UGM
Mantan Pendiri PAN alumnus UGM
Kalau yang muda yah itu tuh…
Rektor Paramadinamulya Anies Baswedan, Ketua Pusat Studi Pemberantasan Korupsi Denny Indrayana, termasuk manata mahasiswa yang pernah diculik jaman ORBA: Budiman Sudjatmiko, Andi Arief, Faisol Reza, semuanya alumni UGM
Pantesan aja itu UGM disebut Universwitas Gerombolan Mahasiswa =))
Ah mau turun mau engga sepertinya ga pengaruh tuh pada kita-kita.
Karena kalau orang yang bermanfaat itu bukan hanya memberikan kemakmuran pada diri sendiri saja tapi bisa memberikan kemakmuran pada orang lain, contoh orang yang mempunyai perusahaan honda walaupun tidak dikeluarkan dari kuliahannya tapi dia berhasil