Rekan-Rekan yth.,
Seperti kita tahu, sains masa lalu di peradaban umat Islam sangat dahsyat.
Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Haytsam dst … adalah segelintir nama yang memberikan kontribusi besar bagi peradaban umat manusia.
Namun, untuk memajukan kembali sains dan teknologi di umat ini, para pakar berbeda pendapat.
Secara garis besar, menurut saya, terdapat dua aliran besar dalam memahami sains dan keterkaitannya dengan agama.
Pertama, aliran Prof. Pevrez Hoodbhoy, yang memahami bahwa sains itu neutral dan usaha-usaha menspiritualkan sains adalah pseudo-science.
http://en.wikipedia.org/wiki/Pervez_Hoodbhoy
Kedua, aliran Seyyed Hossein Nasr, yang memahami bahwa sains dan spiritualitas itu adalah satu.
http://en.wikipedia.org/wiki/Hossein_Nasr
Wassww.,
Agung
PENDAPAT:
1 – ISLAM itu sendiri dalam konteks Al-Dinu al-Islam adalah Hukum alam semesta dan seluruh isinya (realitas obyektif mandiri). Sains, science, ilmu pengetahuan, adalah hasil elaboratif manusia dalam memahami Al-Dinu al-Islam melalui kerangka kerja studi dan akumulasi data lapangan, ujicoba laboratorium dan kajiulang teretis.
2 – Pembekuan rasionalitas, logika dan kerangka pemikiran dialektis yang dianugerahkan Allah swt kepada manusia (Muslim dan non-Muslim) dalam model intelegensi kerja pemikiran otak manusia dengan mempergunakan bola kristal virtual transendensi, spiritualiti, fantasi, imajinasi dan persangkaan (dzhon) yang dicelupkan ke dalam cairan “suci” mengakibatkan kaum Muslimin dan masyarakatnya membeku berabad-abad.
3 – Permasalahnnya bukan terletak pada medan ISLAM sebagai Al-Dinu al-Islam, tetapi kepada pola fikir, titik tolak fikir, individu Muslim yang mempercayai sesuatu tanpa referensi rasional, logis dan dialektis (pembekuan). Rasionalitas, logika dan dialektika kerja pemikiran otak manusia adalah established INNERTIAL energy yang bersifat qudrati.
sebenarnya memang sebenarnya antara agama dan sains bagaikan berada dalam satu mata uang yang sama. Kemunduran Umat Islam bukan sekedar perbedaan titik pandang diantara keduanya. Tapi lebih banyak karena kegagalan Umat Islam dalam mendidik generasi penerusnya, baik dengan landasan spiritual maupun rasionalitas, dengan benar (bdasarkan spirit al-Quran yaitu Iqra dan Menyucikan Jiwa). Ketika akhirnya masing-masing berjalan sendiri-sendiri tanpa arah, akhirnya runtuhlah kemuliaan Umat Islam. Bahkan dalam banyak hal Islam yang tertinggal memang hanya nama belaka. Jadi, saya kita solusinya bukan memisahkan spiritualitas dan rasionalitas . Tapi menyatukannya kembali dan menggunakannya secara proporsional dan adil sehingga saling menyeimbangkan. Spiritualitas dan rasionalitas yang terpisah justru tidak akan mampu membangkitkan Islam sebagai suatu jalan hidup maupun sebagai suatu ideologi, apalagi sebagai suatu keyakinan, Iman, Islam, dan Ihsan.
bukan menspiritualkan science
tapi memang alquran adalah science(ilmi) itu sendiri
Sepertinya semuanya benar, ya, Pak…. Sains dan MIPA perlu dipelajari, begitu pula dgn agama. Pelajaran umum dan Agama Islam sangat dibutuhkan bagi umat Islam, supaya bahagia di dunia dan akhirat…… 😉 😉 😉 😉 😉